Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University dan Pemerintah Daerah Provinsi Bangka Belitung lakukan kerjasama dalam upaya penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK). Tim gabungan yang terdiri dari Tim SKHB IPB University dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan kegiatan pemeriksaan langsung ke lapangan di beberapa lokasi di kabupaten atau kota (20-21/5). Tim gabungan memeriksa langsung kondisi ternak dan berdiskusi dengan para peternak terkait penanganan penyakit PMK.
“Kami sangat senang atas kedatangan Tim dari IPB University. Kedatangan tim dari IPB ini atas permintaan dan arahan langsung dari Bapak PJ Gubernur agar bisa bersinergi bersama tim dari dinas untuk segera melakukan upaya-upaya penanggulangan kasus PMK ini,” jelas Edi Romdhoni SP MM selaku Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Penyebaran virus PMK pada sapi di Babel sudah ada, berdasarkan tampilan gejala klinis dan juga konfirmasi hasil laboratorium. Hasil pemeriksaan lapangan menunjukkan tingkat persembuhan tinggi, bisa mencapai 100 persen. Setelah dilakukan penanganan secara cermat oleh dokter hewan dan dirawat dengan baik oleh pemilik, hewan yang sakit bisa sembuh dalam waktu rata-rata 7-10 hari” ungkap Prof I Wayan Teguh Wibawan, ketua Tim dari IPB University.
Pemeriksaan secara klinis di lapangan memang menunjukkan wabah PMK. Berdasarkan konfirmasi dari peternak, satu ekor sapi yang sakit di kandang akan langsung menyebar ke seluruh ternak yang ada, tidak sampai bilangan hari. Penyakit diawali dengan gejala lesu, tidak mau makan, lalu segera diikuti oleh pengeluaran air liur yang banyak dari mulut, lepuh-lepuh di mulut dan lidah, kemudian perlukaan pada kuku kaki. Perlukaan di bagian tubuh lain, seperti di daerah panggul, terjadi ketika hewan jatuh akibat sakit di kaki dan tidak bisa menahan berat tubuh.
“Kami sangat panik. Ketika di hari kedua lebaran, hewan-hewan kami mengeluarkan buih di mulut, seperti keracunan. Waktu itu kami maupun dokter hewan belum tahu ada wabah PMK. Tapi setelah ditangani oleh dokter hewan dari dinas, kini sapi-sapi kami telah mulai sehat,” ujar Tomi, salah satu pemilik ternak saat dikunjungi oleh Tim Gabungan.
“Pemberian vitamin dan obat-obatan pendukung daya tahan tubuh, anti inflamasi dan antipiretik, serta pemberian desinfektan merupakan beberapa tindakan yang telah tim kami lakukan. Pemberian antibiotik dilakukan berdasarkan kondisi ternak. Jika diperlukan, misal ketika terjadi perlukaan seperti di kuku kaki, maka ternak baru diberi antibiotik. Beberapa hewan bisa sembuh tanpa pemberian antibiotik. Ini tentu akan mengurangi risiko resistensi mikroba dan residu antibiotik di pangan asal hewan,” ungkap Drh Junaidy, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, ketika memimpin pemeriksaan lapang kasus PMK ini.
Beberapa simpulan dan rekomendasi berhasil disusun oleh Tim Gabungan dan dipaparkan oleh Prof Wayan saat pertemuan di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Pertemuan ini berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh seluruh stakeholder terkait yang ada di Bangka Belitung, mulai dari petugas medik veteriner, pemilik ternak, pedagang, dan badan karantina.
Masyarakat sangat mengharapkan bahwa pada saat Iduladha tersedia hewan kurban. “Hewan yang secara klinis sudah sembuh bisa digunakan untuk hewan kurban. Perlu diingat bahwa hewan yang sembuh masih terus mengeluarkan virus hingga 2-3 bulan. Agar proses penularan ke hewan rentan dapat dicegah, perlu penerapan biosekuriti. Penerapan biosekuriti yang harus dilakukan di antaranya pembatasan lalu-lintas ternak, desinfeksi pasca pemotongan, penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sederhana, penanganan daging, jeroan dan limbah pemotongan secara aman, serta mengurangi jumlah titik (tempat) pemotongan agar lebih mudah diawasi,” imbuh pakar virologi dan imunologi ini. (km)