12 Mei 2012. Konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia saat ini mencapai 1,87 kg. Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Konsumsi yang rendah itu pun, Indonesia memerlukan setidaknya 448.000 ton daging sapi per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri dan sisanya masih berasal dari impor negara lain. Hal ini amatlah mengkhawatirkan mengingat dengan bergantungnya negara kita terhadap suplai impor, maka posisi tawar kita dalam percaturan politik dunia menjadi lebih lemah. Selain itu, impor dari negara lain juga membuka peluang bagi masuknya penyakit-penyakit ternak yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini, Kementerian Pertanian Indonesia mencanangkan program PSDSK (Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau). Sebelumnya, program ini dicanangkan untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014.

 

12 Mei 2012. Konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia saat ini mencapai 1,87 kg. Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Konsumsi yang rendah itu pun, Indonesia memerlukan setidaknya 448.000 ton daging sapi per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri dan sisanya masih berasal dari impor negara lain. Hal ini amatlah mengkhawatirkan mengingat dengan bergantungnya negara kita terhadap suplai impor, maka posisi tawar kita dalam percaturan politik dunia menjadi lebih lemah. Selain itu, impor dari negara lain juga membuka peluang bagi masuknya penyakit-penyakit ternak yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini, Kementerian Pertanian Indonesia mencanangkan program PSDSK (Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau). Sebelumnya, program ini dicanangkan untuk tahun 2010, tetapi karena satu dan lain hal direvisi menjadi tahun 2014.

Untuk mencapai target swasembada daging sapi pada tahun 2014, maka diperlukan perombakan dalam sistem manajemen dan produksi daging sapi di Indonesia. Mahasiswa selaku golongan intelektual dalam masyarakat merupakan motor yang tepat untuk memulai perombakan ini. Namun, mahasiswa tidak dapat dilepas langsung ke lapangan tanpa memiliki pengetahuan tentang apa yang harus dibenahi dalam sistem produksi daging sapi di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan media khusus untuk membuka khasanah pengetahuan mahasiswa tentang swasembada daging sapi dan proses-proses yang perlu dilakukan untuk mencapainya.

Kegiatan studium general ini merupakan kegiatan tahunan dari HIMPRO Ruminansia FKH IPB. Kepanitiaan telah dibentuk dua bulan sebelum acara. Studium general ini bertujuan untuk membahas peluang serta tantangan Program Swasembada Daging di Indonesia dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai peranan mereka dalam perwujudan swasembada daging tersebut. Tema kegiatan ini yaitu Program Swasembada Daging 2014 di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012 yang bertempat di Auditorium Jonnes Humuntal Hutasoit Institut Pertanian Bogor.

Kegiatan ini menghadirkan tiga orang pembicara yang masing-masing menyampaikan peluang dan tantangan swasembada daging 2014 dilihat dari aspek pemerintahan, akademisi, dan swasta, yaitu Ir. Syukur Iwantoro M.S, M.B.A (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan), drh. R. Kurnia Ahjadi, M.S (Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB / Komisi Bibit Ternak Nasional, Ditjenakkeswan), dan Ir. Djoni Liano (ketua Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia). Diskusi dipimpin oleh Rio Aditya, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan merupakan Mahasiswa Berprestasi IPB 2012 selaku moderator.

Pembicara pertama, Ir. Syukur Iwantoro M.S, M.B.A. menyampaikan materi tentang peluang dan tantangan swasembada daging 2014. Pembicara menyampaikan bahwa swasembada daging bukanlah merupakan program pemerintah, namun pemerintah hanya memfasilitasi kemandirian pangan melalui swasembada daging yang harus diwujudkan secara bersama-sama. Swasembada daging sapi dan kerbau bertujuan menyediakan daging sapi kerbau dalam negeri minimal 90% dari kebutuhan konsumsi dan maksimal 10% sisanya dapat dipenuhi dari importasi sapi bakalan dan daging. Namun dibalik rencana terlaksananya swasembada daging di tahun 2014, ada beberapa tantangan yang dihadapi, baik bersifat internal ataupun eksternal. Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah sikap skeptis dan pesimis dari beberapa kalangan baik dari pelaku usaha maupun akademisi, bahwa Indonesia tidak mungkin mencapai swasembada daging sapi. Selain itu, upaya pemerintah yang telah berinisiatif melaksanakan pendataan sapi potong sapi perah dan kerbau tahun 2011 namun hasilnya tidak serta-merta mampu menyakinkan para pelaku usaha. Para pelaku usaha cenderung membesar-besarkan nilai riil konsumsi daging sapi perkapita yang disebutkan mendekati angka ideal 4,5 kg/perkapita/tahun. Padahal hitungan pemerintah tentang konsumsi perkapita pertahun tersebut dibawah 2 kg/kapita/tahun.

Pembicara kedua, Drh. R. Kurnia Achjadi, MS, membawakan materi pengetahuan dasar tentang swasembada daging sapi dan kerbau 2014. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah critical point SDM peternakan dan kesehatan hewan dalam pembangunan pertanian secara menyeluruh, pengambilan keputusan, peningkatan motivasi dan daya inovasi, bertanggung jawab, memperhatikan kehidupan peternak apa adanya (faktual), saran dan inovasi untuk pengembangan berkelanjutan. Pemberdayaan lebih diarahkan kepada kegiatan untuk meningkatkan daya saing dan partisipasi peternak dan masyarakat.

Pembicara ketiga, Ir. Djoni Liano, membahas peluang dan tantangan swasembada daging 2014. Beliau menyatakan bahwa APFINDO selaku pihak swasta yang mengurusi masalah daging dan penggemukan ternak di Indonesia sangat mendukung program swasembada daging yang ditargetkan pemerintah di tahun 2014. Namun dalam mewujudkan target tersebut banyak hal yag harus dibenahi pemerintah khususnya mengenai keakuratan data sensus nasional ternak sapi dan kerbau dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan elastisitas kebutuhan daging sapi dan koreksi kebutuhan HBKN (Survei UNPAD dengan BKP).

APFINDO juga menyoroti tentang pasokan sapi lokal yang sangat bergantung dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Disamping itu, masih banyaknya usaha ternak sapi potong di Indonesia khususnya usaha ternak skala kecil yang belum menerapkan cara beternak yang efektif sehingga produktifitas dan reproduksinya masih belum maksimal. Yang paling di tekankan APFINDO, selaku pihak swasta yang menangani langsung masalah daging di Indonesia, bahwa kesuksesan swasembada daging 2014 tergantung pada kesuksesan industri pembibitan sapi, industri feedlot dan penggemukan, industri rumah potong hewan serta industri pengolahan berbasis daging sapi. Tantangan nyata yang sekarang dihadapi meliputi ketersediaan pakan, budidaya ternak, pemasaran, distribusi dan transportasi.

 Selaku pihak swasta yang berpengaruh secara nasional, APFINDO sangat mendukung program Swasembada daging 2014, meliputi usaha impor sapi bakalan untuk digemukan minimal 60 hari sebagai pendukung program tunda potong sapi jantan lokal dan pengurangan laju pemotongan betina produktif lokal, penggandaan sumber daya ternak sapi mencapai 40% dalam bentuk daging segar guna mengatasi kekurangan produksi daging dalam negeri, penyerapan sapi bakalan lokal, integrasi RPH dengan produksi dan pengolahan daging, upaya menghasilkan daging segar yang memenuhi kaidah ASUH (aman, sehat, utuh, halal), substitusi impor daging, pengembangan kegiatan pembibitan dan pembiakan, impor sapi betina produktif untuk dikembangbiakan guna menambah populasi sapi di dalam negeri, khususnya indukan untuk dikembangkan lebih lanjut, serta penyerapan dan penyelamatan pemotongan sapi betina produktif lokal.

Kegiatan studium general ini dihadiri oleh 226 peserta, 95% merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang berasal dari berbagai angkatan dan sisanya dari berbagai fakultas yang ada di IPB. Dengan adanya kegiatan stadium general ini diharapkan dapat membuka wawasan dan meningkatkan peran mahasiswa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perwujudan swasembada daging 2014. (Himpro Ruminasia FKH IPB)