Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University selenggarakan kegiatan Zoetis-SKHB Akademi (NEXTGEN VETZ) dengan tema “Preventative Care: Kutu Jangan Diplites”, (29/10). Kegiatan ini merupakan kerjasama SKHB IPB University dengan PT. Zoetis Animal Health Indonesia. Kegiatan digelar di Ruang Kuliah Klinik SKHB IPB University yang diikuti oleh 12 peserta Duta Zoetis-SKHB Akademi yang terpilih untuk mengikuti kegiatan Zoetis-SKHB Akademi. Kegiatan Zoetis-SKHB Akademi terdiri dari 5 rangkaian yakni mengenai kuliah umum. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun generasi calon dokter hewan yang berkualitas.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Area Sales Manager PT. Zoetis Animal Health Indonesia drh. Laurensius Yuvianto. Ia menyampaikan tentang pengobatan parasit pada anjing dan kucing.

Laurensius menerangkan, upaya yang dapat dilakukan terkait pengobatan parasit, yakni preventive care, kimia klinik dan hematologi, dermatology solution, before and after care of vaccine. Parasit yang umumnya meresahkan yakni tick/caplak, flea/pinjal, mite/tungau (orang awam menyebutnya kutu untuk semua ektoparasit tersebut) yang menularkan berbagai penyakit yang dikenal dengan istilah Arthropod-borne diseases, anemia, bahkan kematian akibat anemia kronis.

“Caplak dan pinjal dapat menyerang anjing bahkan manusia, dan juga menyebabkan beberapa penyakit,” kata Laurensis. Ia menerangkan, agen penyakit dapat ditularkan oleh caplak dan pinjal ini dalam beberapa jam setelah mengisap darah di tubuh anjing dan kucing. Caplak menjadi vector beberapa penyakit infeksius yang dapat menyerang manusia dan hewan, di antaranya Anaplasma (Anaplasmosis), Babesia (Babesiosis), Borrelia (Borreliosis, Lyme disease), dan Ehrlichia (Ehrlichosis). Pathogen ini dapat ditularkan ketika caplak mengisap darah.

Pinjal dapat menularkan parasit seperti cacing Dypilidium caninum pada anjing dan kucing. Selain itu, pinjal dapat menularkan flea-borne typhus yang diakibatkan oleh Rickettsia typhi. Mematikan pinjal dengan cara diplites bisa membahayakan manusia, karena kalau pinjal tersebut mengandung bakteri Rickettsia maka dapat menularkan melalui luka terbuka yang terkontaminasi feses dari pinjal.

“Anjing dan kucing juga rentan terhadap penyakit Scabies, yakni penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang masuk ke dalam lapisan kulit hewan,” kata Laurensius. Scabies dapat ditularkan terutama melalui kontak dengan hewan atau orang yang terinfestasi. Ia melanjutkan, pengobatan scabies membutuhkan waktu selama tiga minggu. “Sarcoptes scabies bertelur dan membuat terowongan di dalam kulit sehingga hewan dan manusia akan merasakan proses alergi dan gatal-gatal,” jelas drh. Laurensius. (ns)