BOGOR, fkh.ipb.ac.id – “Implementasi kesejahteraan hewan (animal welfare) berbeda-beda bergantung kepada jenis hewan dan negara yang melaksanakannya. Pelaksanaan kesejahteraan hewan akan berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan serta memudahkan pelaksanaan pekerjaan”. Demikian beberapa hal yang disampaikan oleh Dr. Leisha Hewitt, seorang konsultan animal welfare dari Meat and Livestock (MLA)  Australia dalam seminar akademik yang disampaikan di FKH IPB Rabu (6/2).

 

BOGOR, fkh.ipb.ac.id – “Implementasi kesejahteraan hewan (animal welfare) berbeda-beda bergantung kepada jenis hewan dan negara yang melaksanakannya. Pelaksanaan kesejahteraan hewan akan berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan serta memudahkan pelaksanaan pekerjaan”. Demikian beberapa hal yang disampaikan oleh Dr. Leisha Hewitt, seorang konsultan animal welfare dari Meat and Livestock (MLA)  Australia dalam seminar akademik yang disampaikan di FKH IPB Rabu (6/2).

Mengambil tema “Global animal welfare standards and the impact on the live export trade”, Dr. Hewitt menjelaskan berbagai upaya pelaksanaan kesejahteraan hewan di hadapan dosen dan mahasiswa koasistensi FKH IPB. Implementasi kesejahteraan hewan dikaitkan dengan proses pengekangan (handling), pengukuran (animal-based measurement), pemingsanan (stunning), penyembelihan (slaughtering), dan pengeluaran darah (bleeding). Animal welfare haruslah memenuhi standar yang dikeluarkan oleh lembaga internasional OIE (World Organization for Animal Health yang disingkat OIE dari bahasa perancis Office International des Epizooties).

Upaya peningkatan kesejahteraan hewan dapat dipergunakan untuk memudahkan pekerjaan, selain mengurangi tingkat stress pada hewan. Dr Hewitt menyontohkan beberapa tindakan sederhana tetapi dapat menyelesaikan beberapa masalah di dalam kesejahteraan hewan. Sebagai contoh, adanya warna kontras pada handling system dapat menyebabkan hewan berhenti berjalan, maka upaya mengatasinya adalah mengecat bagian warna yang kontras tersebut sesuai dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga hewan akan berjalan ke handling system tanpa berhenti.

Contoh lain adalah pemanfaatan “flight zone” dalam mengatasi masalah menggiring ternak untuk berjalan menuju ke tempat pemotongan. Hewan memiliki area penglihatan di sekelilingnya dimana jika ada orang yang mendekat akan cenderung untuk pergi atau bergerak. Jika orang berdiri di luar area tersebut maka hewan akan diam atau berhenti. Jika ingin hewan bergerak maju, petugas cukup berjalan dari belakang memasuki flight zone hewan tersebut. Sebaliknya jika ingin hewan berbalik arah, maka petugas mendatangi hewan memasuki flight zone-nya dari arah depan.

Acara seminar ditutup dengan sesi diskusi dimana beberapa peserta menanyakan masalah waktu pemingsanan sebelum penyembelihan, kesejahteraan hewan yang meliputi fisik dan mental/emosional, implementasi kesejahteraan hewan di berbagai negara, upaya hukum dan punishment, serta strategi utama implementasi kesejahteraan hewan. Ringkasan dari jawaban pertanyaan beberapa diantaranya ialah jarak waktu pemingsanan (mechanical stunning) dengan penyembelihan sebaiknya tidak lebih dari 20 detik, implementasi kesejahteraan hewan berbeda-beda antar negara, belum ada punishment akan tetapi pelaksanaan kesejahteraan hewan berdampak tak langsung bagi ekonomi karena mempengaruhi kualitas produk dan mempermudah pekerjaan, serta perlu didorong oleh peraturan hukum yang jelas. [Anto]