Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University menggelar EV-Cast (Education Veterinary Podcast) Episode 14 yang disiarkan melalui live streaming youtobe SKHB IPB Official, 14/05. Narasumber dalam acara podcast ini yaitu Pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner Dr Denny Widaya Lukman dan Pakar Virologi dan Imunologi Dr Sri Murtini. Keduanya merupakan dosen dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Masyarakat Veteriner SKHB IPB University. Acara dipandu oleh Julian Adhitya, Ketua BEM SKHB IPB University. Acara podcast kali ini membahas tentang penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang mewabah saat ini.

Dr Sri menyampaikan bahwa PMK disebabkan oleh virus RNA dari genus Apthovirus, keluarga Picornaviridae. Virus ini menyebabkan lepuh dan peradangan di daerah mulut, lidah, gusi, hidung, serta pada band coroner dan sela jari kaki. Virus ini menyerang hewan seperti kerbau, sapi, kambing, domba, babi, dan hewan liar berkuku genap lainnya.

”PMK begitu mengkhawatirkan. Virus ini penyebaran sangat cepat melalui udara mengikuti kondisi kecepatan angin. Penyebarannya bahkan bisa mencapai radius 10 km,” papar Dr Sri.

“PMK bisa menular dari satu peternakan ke peternakan lain. Penularan bisa melalui sekreta air liur dari hewan yang terjangkit PMK serta alat-alat yang terkena saliva dari hewan yang terjangkit PMK”, imbuhnya.

Dosen yang juga ketua prodi PPDH SKHB ini juga menyampaikan beberapa hal terkait tindakan pengendalian PMK pada hewan. Tindakan biosecurity seperti pembatasan lalu lintas ternak perlu dilakukan. Ternak yang sakit atau berada di daerah tertular atau daerah wabah tidak boleh keluar dari daerah tersebut. Selain itu tindakan cleaning dan disinfeksi, menjaga kondisi kesehatan ternak, sanitasi lingkungan, serta vaksinasi pada hewan perlu dilakukan.

Dr Denny menyoroti keamanan pangan seperti daging, susu atau produk olahan lainnya. “Daging tanpa tulang dan tanpa limfoglandula atau yg telah dilayukan dan mengalami rigor mortis aman tidak mengandung virus atau virus telah inaktif,” ujar Dr Denny. Pakar Kesmavet ini juga menjelaskan bahwa daging dan susu asal hewan ini aman untuk dikonsumsi dengan syarat tertentu, yaitu telah dimasak terlebih dahulu. Untuk daging, memasak hingga mendidih selama 30 menit akan menyebabkan minimal suhu dalam (internal) daging minimal 70 derajat celcius. Susu yang dimasak terlebih dahulu atau yang telah melewati proses pasteurisasi atau UHT aman dikonsumsi. “Produk olahan susu yang sudah diasamkan dan melalui proses fermentasi sehingga pH nya dibawah 4, maka tidak ada virus PMK yang aktif didalam produk susu olahan tersebut,” imbuhnya.

Sebagai antisipasi masyarakat atau panitia hewan qurban/ Idul Adha perlu melakukan beberapa hal. ”Pastikan hewan qurban sehat, disertai dengan surat keterangan kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh dinas penyelenggara fungsi peternakan dan kesehatan hewan di daerah asal. Berkoordinasi dengan petugas dari dinas penyelenggara fungsi peternakan dan kesehatan hewan, dalam hal ini dokter hewan dan paramedik, sehingga tempat penjualan dan tempat pemotongan hewan di luar rumah potong hewan (RPH) dapat diawasi. Tempat pemotongan agar tidak menjadi sumber pencemaran dan penularan kepada hewan yang sehat” jelasnya menambahkan.

Sosialisasi PMK melalui podcast ini semoga dapat memberikan informasi dan edukasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas.  “Mohon masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi wabah PMK pada hewan ini. Mari melakukan upaya yang dapat mencegah atau mengurangi risiko penularan PMK dari hewan tertular ke ternak lain,” himbau Julian sebagai host di akhir acara. “Jangan lupa untuk saling menjaga kesehatan dan tetap mematuhi protokol kesehatan,” tutupnya. Podcast ini dapat disimak selengkapnya pada link https://youtu.be/DSL1qH7CoKA. (ns/km)