GAMBARAN HISTOMORFOLOGI HATI, USUS HALUS, DAN LIMPA PADA TIKUS HIPERGLIKEMIA YANG DIBERI EKSTRAK SAMBILOTO

(Histomorphological Aspect of Liver, Small Intestine, and Spleen of Diabetic Model Rat that was Treated with Sambiloto Extract)

REZI ZAHRA AZIZA, ADI WINARTO, EKOWATI HANDHARYANI

RINGKASAN

Perubahan gaya hidup masyarakat seperti meningkatnya konsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan dapat memacu peningkatan berat badan. Individu yang memiliki kelebihan berat badan cenderung memiliki level antioksidan yang rendah dan produksi radikal bebas meningkat. Hal ini dapat menimbulkan resiko terjadinya Diabetes Mellitus (DM). DM sering dijumpai pada manusia, namun tidak jarang pula penyakit ini dapat dijumpai pada spesies lain seperti anjing dan kucing.

Pengobatan DM biasanya menggunakan insulin, tetapi karena harga insulin relatif mahal maka sebagian masyarakat mencari alternatif pengobatan lain dengan menggunakan bahan-bahan alami. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sambiloto mengandung lakton, flavonoid dan andrographolid. Mekanisme kerja andrographolid dalam tubuh yaitu dapat menimbulkan efek anti inflamasi. Zat andrographolid dari tanaman sambiloto juga diketahui dapat meningkatkan sistem kekebalan dengan menghasilkan sel darah putih untuk menghancurkan bakteri dan benda asing lainnya, serta mengaktifkan sistem limpa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histomorfologi hati, usus halus, dan limpa tikus hiperglikemia yang diberi ekstrak sambiloto. Sebanyak 24 ekor tikus putih jantan galur Spraque-Dawley dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok pertama adalah kelompok model diabetes, diinduksi dengan streptozotosin dengan dosis 40 mg/kg BB secara intra-peritonial. Kelompok kedua sebagai kelompok non-diabetes diberi Phosphat Buffer Saline (PBS) dengan pH 7,4 secara intra-peritonial. Kedua kelompok selanjutnya diberi ekstrak sambiloto dengan dosis setara 25 mg/kg BB setiap hari selama 4 minggu. Tikus model diabetes dengan kadar gula rendah dan tinggi pada saat dikorbankan diamati sebagai kelompok yang berbeda.

Berdasarkan hasil pengamatan histomorfologis jaringan hati, terlihat perbedaan antara tikus non-diabetes dan tikus model diabetes yaitu terjadi perubahan pada hati model diabetes yang mengarah pada degenerasi sel. Gambaran histomorfologis hati tikus model non-diabetes secara umum tidak mengalami perubahan. Hepatosit model non-diabetes utuh dan seragam, serta batas sinusoidnya jelas. Sel Kupffer pada jaringan hati model non-diabetes didapatkan dalam jumlah yang cukup banyak. Hati pada tikus model dibetes yang masih menunjukkan kadar gula darah tinggi saat pengambilan sampel organ pada pengamatan mikroskopik ditemukan beberapa perubahan, yaitu terlihat adanya kongesti, pada hepatosit ditemukan adanya vakuol-vakuol pada sitoplasma, terdapat deratan sel dengan batas sel yang tidak jelas sehingga sitoplasma terlihat menyatu, pada sel yang mengalami kerusakan membran plasma tidak ditemukan adanya inti dari hepatosit, dan pada sel yang lain dapat ditemukan adanya hepatosit yang membesar dengan gambaran inti mengesankan terjadinya karioreksis. Pengamatan pada hati tikus model diabetes yang menunjukkan kadar gula darah yang rendah saat pengambilan sampel organ memperlihatkan adanya beberapa perubahan yang mengarah ke perbaikan struktur dibandingkan dengan model diabetes yang menunjukkan kadar gula darah lebih tinggi saat pengambilan sampel. Perubahan gambaran pada jaringan hati seperti sinusoid berisi darah dan degenerasi hepatosit masih dapat ditemukan namun dalam jumlah yang sudah jauh menurun. Gambaran sel dengan batas antar sel yang menghilang tidak banyak ditemukan. Sebagian besar lapang pandang dipenuhi dengan gambaran hepatosit yang mendekati pada tikus model non-diabetes.

Pengamatan pada usus halus tikus dilakukan dengan melihat perbandingan jumlah sel Goblet dan sel mitotik dalam kripta Lieberkuhn pada kelompok nondiabetes dan kelompok diabetes baik yang rendah maupun yang tinggi. Hasil penghitungan menunjukkan jumlah sel Goblet pada 10 kripta usus kelompok nondiabetes adalah 93 buah, pada kelompok gula yang rendah sebanyak 103 buah dan pada kelompok gula yang tinggi sebanyak 108 buah. Penghitungan tersebut memperlihatkan adanya penambahan jumlah sel Goblet pada kelompok diabetes namun tidak terlalu nyata. Penghitungan sel mitosis pada 10 kripta dalam setiap perlakuan menunjukkan sel mitosis pada kelompok non-diabetes berjumlah 15, pada kelompok gula yang rendah 26 dan pada kelompok gula yang tinggi sebanyak 25 sel. Terlihat adanya peningkatan jumlah sel mitosis yang cukup nyata pada kelompok non-diabetes jika dibandingkan dengan kelompok diabetes.

Pengamatan pada limpa memperlihatkan limpa pada tikus kelompok nondiabetes mengalami perubahan yaitu terjadi hiperplasia pulpa putih dengan munculnya pusat germinal pada daerah tepi. Perubahan yang terjadi disebabkan karena andrographolida yang terkandung dalam sambiloto bersifat meningkatkan sistem kekebalan dengan menghasilkan sel-sel darah putih untuk menghancurkan bakteri dan benda asing, serta mengaktifkan sistem limpa. Limpa pada tikus kelompok gula darah yang tinggi memperlihatkan adanya hemoragi parah pada daerah pulpa merah sehingga terjadi peningkatan jumlah hemosiderin di dekat daerah perdarahan. Sel limpa banyak yang berdegenerasi, nekrosa bahkan hingga lisis. Selain itu terlihat pula peningkatan jumlah sel megakaryosit pada jaringan limpa. Limpa pada tikus kelompok gula yang rendah terlihat mengalami gangguan, ditandai adanya hemoragi, jumlah pulpa putih menurun, bahkan ditemukan adanya sel yang berdegenerasi. Menurunnya jumlah pulpa putih menandakan bahwa limpa mengalami degenerasi.

Evaluasi pada organ hati, usus halus, dan limpa model diabetes dengan gula darah yang menurun menunjukkan adanya perbaikan gambaran histomorfologis hingga mendekati gambaran pada kelompok non-diabetes.

Kata Kunci: Diabetes, Sambiloto, Hati, Usus Halus, Limpa

ABSTRACT

The purpose of this study is to evaluate the histomorphological aspect of liver, small intestine, and spleen of diabetic model rats that were treated with sambiloto extract. Twenty-four male Spraque-Dawley rats were divided into 2 groups of models. Diabetic model group was induced by Streptozotocin (40 mg/kg BW) intra-peritonially, and a healthy group which recieved Phosphat Buffer Saline (PBS) pH 7.4 intra-peritonially. The both of groups were treated with sambioto daily within 4 weeks. Rat model of diabetes with low sugar levels and high at the time of sacrifice was observed as a distinct group. Observations on the liver, small intestine, and spleen of non-diabetic group showed that the provision does not affect the morphological sambiloto liver, small intestine, and spleen. Observations on liver of rat diabetic model with blood sugar levels are still high indicates a change in the form of congestion and degeneration, in the small intestine seen an increase in the number of Goblet cells and mitotic cells but did not find any picture of damage to the mucosal epithelium. Changes are seen in the spleen leads to degeneration until necrosa, and spleen increased with the emergence of readiness germinal centers. Evaluation of the liver, small intestine, and spleen model of diabetes with a decrease in blood sugar showed an improvement histomorfologis picture to approach the image on the non-diabetic group.

Keyword: Diabetic, Sambiloto, Liver, Small Intestine, Spleen