15 Mei 2012. Fertilitas muncak jantan berlangsung selama periode pertumbuhan ranggah dengan status reproduksi yang tidak bergantung musim (asesional). Dengan status reproduksi yang aseasonal tersebut membuka peluang untuk dilaksanakannya program pengembangbiakan muncak di Indonesia.” Demikian salah satu simpulan yang disampaikan oleh Sri Wahyuni, promovenda program doktor P.S. Biologi Reproduksi, Sekolah Pascasarjana IPB dalam sidang terbuka mempertahankan disertasinya.

15 Mei 2012. Fertilitas muncak jantan berlangsung selama periode pertumbuhan ranggah dengan status reproduksi yang tidak bergantung musim (asesional). Dengan status reproduksi yang aseasonal tersebut membuka peluang untuk dilaksanakannya program pengembangbiakan muncak di Indonesia.” Demikian salah satu simpulan yang disampaikan oleh Sri Wahyuni, promovenda program doktor P.S. Biologi Reproduksi, Sekolah Pascasarjana IPB dalam sidang terbuka mempertahankan disertasinya.

Sidang terbuka dilaksanakan di Ruang Sidang Senat IPB, Lantai 6, Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Sidang dipimpin oleh Dekan FKH IPB, dengan penguji utama dari komisi pembimbing: Prof. Dr. Drh. Tuty L. Yusuf, M.S. (Ketua), Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet (K) (Anggota), Dr. Drh. Muhammad Agil, M.Sc.Agr. (Anggota), dan penguji luar komisi: Dr. Ir. Novianto Bambang Wawandono, M.Si (Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal PHKA, Kemenhut RI) dan Dr. Drh. Bambang Purwantara, M.Sc. (staf pengajar Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH IPB). Dalam ujian terbuka tersebut pertanyaan juga diajukan oleh Ketua Program Studi BRP, Prof. Dr. Drh. M. Agus Setiadi, dan peserta sidang yang lain yang telah bergelar doktor.

Muncak atau yang dikenal dengan nama latin Muntiacus muntjak muntjak termasuk Cervidae, tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera bagian selatan. Meski menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) status konservasi muncak tergolong least concern (beresiko rendah untuk punah), namun pemerintah Indonesia telah menetapkan perlindungan terhadap hewan ini. Perlindungan muncak tercantum dalam Daftar Lampiran Peraturan Pemerintah RI no. 7 tahun 199 karena mempertimbangkan telah terjadinya penurunan populasi muncak di habitat aslinya. Kekhawatiran kepunahan muncak di Indonesia menjadi alasan penting upaya pengembangbiakan muncak di luar kawasan konservasi. Upaya pengembangbiakan perlu didukung data-data aspek reproduksi muncak yang saat ini masih jarang dilaporkan.

Promovenda, yang juga staf pengajar FKH Unsyiah, telah berhasil meneliti  status reproduksi muncak yang meliputi: anatomi dan histologi organ reproduksi; karakteristik pertumbuhan ranggah, durasi siklus ranggah dan perilaku spesifik selama periode pertumbuhan ranggah; profil metabolit testosteron dan korelasinya dengan pertumbuhan ranggah; serta spermatogenesis dan kualitas semen muncak. Promovenda menyajikan hasil penelitiannya dalam disertasi dengan judul “Karakterisasi reproduksi muncak, Muntiacus muntjak muntjak jantan: Kajian anatomi, profil metabolit testosteron, dan spermatogenesis selama periode pertumbuhan ranggah”. Penelitian telah berlangsung 2008-2011 dan dilakukan di Unit Rehabilitasi Reproduksi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, FKH IPB; Lab Riset Anatomi, Departemen Aanatomi Fisiologi dan Farmakologi, FKH IPB; serta Endocrine Laboratory, German Primate Center (DPZ), Goettingen, Jerman.

Dari hasil penelitiannya, Sri Wahyuni menyimpulkan bahwa: morfologi organ reproduksi muncak jantan dicirikan dengan ukuran testis yang relatif kecil, kelenjar prostat tidak teramati secara makroskopis, ukuran kelenjar bulbouretralis yang besar, ukuran penis yang relatif panjang, serta memiliki glans penis dan prosesus uretralis yang berukuran kecil. Selanjutnya terdapat keterkaitan antara profil metabolit testosteron dengan aktivitas spermatogenesis dan kualitas semen selama periode pertumbuhan ranggah. Fertilitas muncak jantan berlangsung selama periode pertumbuhan ranggah dengan status reproduksi yang tidak bergantung musim (asesional). Dengan status reproduksi aseasonal tersebut membuka peluang untuk dilaksanakannya program pengembangbiakan muncak di Indonesia.

Dengan hasil penelitian di bidang reproduksi ini, data-data biologi muncak semakin bertambah dan melengkapi data-data penelitian sebelumnya. Peneliti sebelum, Dr. I Ketut Mudite Adnyane, salah satu staf FKH IPB, telah meneliti organ percernaan muncak. Semoga di tahun-tahun mendatang penelitian satwa asli Indonesia semakin banyak dan terus berkembang. (KMS)