Oleh: I Wayan Teguh Wibawan

Manifestasi subklinik suatu penyakit memiliki potensi bahaya yang sangat serius, karena hewan atau manusia yang terinfeksi tetap tampak sehat, tidak menunjukkan gejala penyakit tetapi di dalam tubuhnya mengandung agen penyakit yang berbahaya. Individu yang terinfeksi dan tampak sehat tersebut bisa berpindah-pindah dan sekaligus bisa menyebarkan agen penyakit tersebut. Gejala sakit akan muncul apabila individu tersebut mengalami stres atau akibat melemahnya daya tubuh.

Kasus HPAI (highly pathogenic avian influenza) pada ayam petelur komersial telah diketahui keberadaannya sejak  bulan Juli tahun 2003, meskipun pada saat itu terjadi perdebatan yang alot dalam peneguhan diagnosanya. Setelah terjadi kematian manusia oleh virus HPAI H5N1 pada bulan Juli  tahun 2005 di Tanggerang dan virus HPAI subtipe H5N1 berpotensi menimbulkan pandemi influenza pada manusia , maka ditetapkan adanya Komite Nasional Flu Burung  dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI). Berbagai penelitian telah dilakukan oleh berbagai instansi berkaitan dengan wabah AI dan berbagai aspek terkait, untuk mencari solusi penanganan dan pengendalian wabah AI agar pandemi influenza bisa dicegah dan tidak akan pernah terjadi.

Manifestasi subklinik HPAI subtipe H5N1 telah dijumpai pada unggas, yaitu ayam kampung, baik yang divaksin maupun yang tidak divaksin, pada bebek/itik, entog dan angsa di wilayah endemik Jawa Barat dan sekitarnya. Unggas ini berpotensi sebagai reservoir virus HPAI ganas dan memiliki potensi ancaman bagi populasi unggas di sekitarnya dan mungkin juga terhadap manusia.

Vaksin cock-tail adalah salah satu jalan keluar yang bisa diambil untuk mengantisipasi wabah baru. Pembuatan vaksin dengan menggunakan teknik reverse-genetic telah dipelopori oleh IPB-Shigeta. Pendekatan pembuatan vaksin dengan konsep anti-idiotipe telah pula dimulai di IPB, terhadap virus AI H5N1 dan berbagai macam adjuvant.

Selengkapnya…