30 Agustus 2012. Peneliti-peneliti IPB menyumbang sebanyak 48 dari 104 Inovasi Indonesia 2012 yang penganugerahannya dilakukan pada Acara Puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17 di Gedung Merdeka Bandung.  Jumlah ini menghantarkan IPB sebagai perguruan tinggi yang menempatkan inovasi terbanyak pada anugerah tersebut. Sebanyak 4 inovasi diantaranya dipersembahkan oleh peneliti-peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, yaitu “Jamu anti flu burung “ (Dr. Agus Setiyono dkk.), “Berkat biji buah, lalat kini musnah” (Meriza Fitri dkk.), “Inspektur antibodi “ (Prof. Retno D. Soejoedono dkk.), dan “Undangan yang mematikan” (Dr. Akhmad Arif Amin).

30 Agustus 2012. Peneliti-peneliti IPB menyumbang sebanyak 48 dari 104 Inovasi Indonesia 2012 yang penganugerahannya dilakukan pada Acara Puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17 di Gedung Merdeka Bandung.  Jumlah ini menghantarkan IPB sebagai perguruan tinggi yang menempatkan inovasi terbanyak pada anugerah tersebut. Sebanyak 4 inovasi diantaranya dipersembahkan oleh peneliti-peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, yaitu “Jamu anti flu burung “ (Dr. Agus Setiyono dkk.), “Berkat biji buah, lalat kini musnah” (Meriza Fitri dkk.), “Inspektur antibodi “ (Prof. Retno D. Soejoedono dkk.), dan “Undangan yang mematikan” (Dr. Akhmad Arif Amin).

Acara Puncak Harteknas ke-17 tahun ini yang mengangkat tema “Inovasi untuk Kemandirian Bangsa” dihadiri oleh Bapak Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. SBY menyebutkan kunci keberhasilan dari keunggulan Indonesia adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Indonesia haruslah bisa menjadi bangsa inovasi. Untuk menjadi bangsa inovasi salah satunya ialah dengan mengubah mindset. Presiden berharap sebanyak mungkin ilmuwan Indonesia yang menghasilkan riset baik di Indonesia maupun di luar negeri serta bahu membahu dengan ilmuwan luar negeri dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan umat manusia. Inilah yang akan mengantarkan kita menjadi bangsa inovasi.

Pada Acara puncak tersebut dilakukan peluncuran buku 104 Inovasi Indonesia 2012 yang diterbitkan oleh Business Innovation Center (BIC) dan didukung sepenuhnya oleh Kementrian Riset dan Teknologi. Berikut cuplikan empat inovasi hasil karya peneliti-peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang diambil dari buku tersebut:

Jamu Anti Flu Burung: Formulasi Ekstrak Tanaman Obat untuk Pencegahan Flu Burung

Drh. Agustus Setiyono, MS, Ph.D; Dr. Ir. Nurliani Bermawie; Dr. Ir. Muhammad Syakir; Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi

Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza Tipe A, strain H5N1, di Indonesia telah merengut lebih dari 100 jiwa manusia, selain menimbulkan kerugian ekonomi yang besar karena membunuh lebih dari 100 jiwa manusia, selain menimbulkan kerugian ekonomi yang besar karena membunuh jutaan ternak unggas. Obat yang ditetapkan pemerintah yaitu Tamiflu dan Amantadine, masih sepenuhnya diimpor, dan selain itu dilaporkan mulai memicu resistensi pada virus H5N1.

Beberapa tanaman obat asli Indonesia menunjukkan potensi sebagai bahan anti virus baik pada hewan maupun pada manusia, yakni Sambiloto, Sirih Merah dan Adas. Eksplorasi potensi tanaman obat tersebut melalui rangkaian uji laboratorium memberikan hasil yang potensial efektif menghambat infeksi virus AI H5N1 ke unggas.

Invensi ini dapat berpotensi diaplikasikan pada industry peternakan sebagai vaksin maupun farmasi.

 

Berkat Biji Buah, Lalat Kini Musnah: Ekstrak Buah Bintaro sebagai Biolarvasida terhadap Lalat Rumah

Meriza Fitri; Drh. Upik Kesumawati Hadi, MS, Ph.D; Drh. Supriyono; Kiki Restika; Isna Lailatur R; Haddi Wisnu Yudha.

Tanaman Bintaro merupakan tumbuhan mangrove yang tumbuh subur dan mudah ditemui di berbagai wilayah di Indoensia. Tanaman Bintaro diketahui mengandungbanyak senyawa metabolit beracun (flavonoid, steroid, saponin alkaloid, triterpenoid, tannin, dan polivenol) yang mudah diperoleh, aman bagi masyarakat, ramah lingkungan, dan cocok digunakan sebagai biolarvasida.

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan biji buah Bintaro, dengan hasil akhir berbentuk serbuk. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstraksi buah Bintaro dengan konsentrasi 30% sudah efektif sebagai biolarvasida lalat rumah (tingkat kematian 50% dalam 5,8 jam dan 90% dalam 25,9 jam). Sementara konsentrasi 80% menghasilkan tingkat kematian 90% dalam 4,9 jam.

Invensi ini berpotensi diaplikasikan pada industry pakan hewan, industry hama dan penyakit hewan, industry makanan, TPA, dan industry peternakan (terutama unggas).

Inspektur Antibodi: Antigen AI H5N1 Standar sebagai Rujukan I untuk Monitoring Titer Antibodi Hasil Vaksinasi AI di Industri Peternakan Ayam

Prof. Dr. Drh. Retno D. Soejoedono, MS; Dr. Drh. Sri Murtini, MSi; Dr. Drh. Kamalludin Zarkasie; Prof. Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS.

Vaksinasi adalah strategi yang dipilih pemerintah sebagai salah satu cara pengendalian flu burung di Indonesia, diharapkan mampu menginduksi antibodi protektif terhadap virus flu burung penantang yang homolog. Sayangnya virus flu burung sejak tahun 2003 hingga 2011 mengarah kepada perubahan sifat biologis yang sangat nyata. Hal ini mengakibatkan vaksin flu burung yang beredar secara komersial di Indonesia beberapa dalam bentuk “cocktail” atau polivalen.

Inovasi ini berkaitan dengan pembuatan dan standarisasi antigen AI H5N1 komersial untuk memonitor titer antibodi hasil vaksinasi flu burung di industry peternakan ayam. Hasilnya adalah antigen virus flu burung subtype H5N1 yang representative digunakan pada uji HI (uji serologi) adalah antigen Legok 2004.

Inovasi ini berpotensi diaplikasikan untuk memonitor titer antibodi hasil vaksinasi AI di industri-industri peternakan ayam.


Undangan yang Mematikan: Pengembangan dan Aplikasi Formula Atraktan Nyamuk Aedes aegypti yang Ramah Lingkungan

Dr. Drh. Akhmad Arif Amin.

Penggunaan Insektisida dewasa ini telah mencapai tahapan yang sangat membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan. Angka kematian per tahun akibat keracunan insektisida sangat besar, begitu juga dampak penyakit fatal yang diakibatkan seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver kronis.

Atraktan nyamuk Aedes aegypti merupakan alternatif pengendalian nyamuk Aedes aegypti yang diekstrak dari bau ayam kampong. Atraktan ini memiliki aroma yang menarik nyamuk betina dan ketika ditempatkan di dalam botolkemasan menjadi perangkap mematikan bagi nyamuk betina. Penggunaan atraktan yang relative mudah dan murah mempunyai prospek yang besar dalam rangka mengendalikan penyakit demam berdarah.

Inovasi dalam bentuk atraktan dapat dikemas dan ditransportasikan ke seluruh Indonesia bahkan ke Negara-negara endemic demam berdarah.

Sumber: Buku 104 Inovasi Indonesia 2012. Business Innovation Center.

Â