PENAMPILAN REPRODUKSI PERSILANGAN KAMBING BOER DAN KACANG “Studi Kasus di PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung”

(The Reproduction Performans of Cross Boer and Kacang Goat’s “Case Study in PT. Widodo Makmur Perkasa, Province of Lampung”)

HANDIANI SYAFTIKA, R. KURNIA ACHJADI

RINGKASAN

Kambing Boerka adalah kambing hasil persilangan antara pejantan Boer dengan induk Kacang. Kambing hasil persilangan ini memiliki kemampuan tumbuh dan penambahan bobot tubuh yang lebih baik dibandingkan kambing Kacang. Sifat baik lainnya, kambing Boerka mampu beradaptasi dengan kondisi tropik-basah dengan input produksi (pakan) yang moderat atau sedang. Studi Kasus ini bertujuan untuk mengetahui manajemen dan masalah-masalah yang sering muncul dalam pemeliharaan kambing persilangan Boer dan Kacang, mengetahui tingkat keberhasilan kebuntingan pada perkawinan alam dan inseminasi buatan pada kambing persilangan Boer dan Kacang, mengetahui penampilan reproduksi kambing persilangan Boer dan Kacang serta mengetahui nilai conception rate (CR) dan service per conception (S/C) dari kambing persilangan Boer dan Kacang.

Metode yang digunakan untuk studi kasus ini adalah wawancara dipandu menggunakan kuisioner dengan jumlah koresponden sebanyak 12 orang para pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa, pengumpulan data primer melalui pengamatan langsung, dan pengumpulan data sekunder dari laporan kegiatan yang telah dilakukan di PT Widodo Makmur Perkasa selama 2 tahun terakhir (2006 – 2007). Parameter yang diamati dalam studi kasus ini berupa struktur populasi (induk, dara, anak, dan pejantan), banyaknya kelahiran, service per conception (S/C), mengetahui nilai conception rate (CR), dan masalah-masalah reproduksi yang sering muncul serta penyebabnya. Parameter-parameter yang diamati dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 50 ekor kambing persilangan Boer dan Kacang pada tahun 2006 dan 2007.

Berdasarkan tinjauan aspek reproduksi diperoleh bahwa umur dewasa kelamin betina kambing Boerka adalah 6-7 bulan dengan lama berahi adalah 12-18 jam. Umur dewasa kelamin betina Boerka terjadi lebih cepat dibandingkan dengan literatur. Beberapa faktor yang mempengaruhi umur dewasa kelamin adalah genetik (persilangan) dan nutrisi (pakan). Kambing Boerka merupakan kambing hasil persilangan, jika diberikan ransum yang bagus akan dapat mencapai bobot 26-34 kg dalam waktu enam sampai delapan bulan. Jika bobot badan telah mencapai 26-34 kg pada umur 6-7 bulan maka dewasa kelamin dapat terjadi lebih cepat.

Jika dilihat dari penampilan fisik kambing persilangan Boer dan Kacang diperoleh performans secara keseluruhan sudah menyerupai pejantannya (kambing Boer) namun warna bulu yang dihasilkan bervariasi tergantung dari warna bulu induk betinanya. Karena metode persilangan yang digunakan adalah grading up (upaya cepat untuk memperbaiki mutu genetik ternak lokal terutama untuk sifat-sifat tertentu ke arah bangsa pejantan) maka anak yang didapatkan dikawinkan terus dengan pejantannya (Boer) sampai diperoleh anak yang darahnya lebih banyak ke Boer.

Hasil penampilan reproduksi kambing persilangan Boer dan Kacang di PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung memiliki perbedaan dengan literatur dari segi bobot badan awal betina bunting. Dari data yang telah diolah didapatkan bahwa rata-rata bobot badan awal betina yang bunting ≥ 20 Kg. Bobot badan awal betina bunting lebih rendah dari literatur (bobot badan awal betina bunting=30 kg) karena manejemen pakan yang kurang baik. Menurut Ginting 2008, untuk memperoleh bobot badan yang besar pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan, dosis yang direkomendasikan sekitar 15-20% dari bobot badan atau bisa juga dengan pemberian pakan secara tidak terbatas yaitu sesuai kemampuan konsumsinya yang dapat diketahui dari terdapatnya sisa pakan setiap hari. Untuk mendapatkan hijauan, kambing Boerka juga dapat digembalakan selama 4-6 jam setiap hari, disamping pemberian di dalam kandang. Bila ternak digembalakan pada dasarnya lebih sehat karena sesuai dengan kebiasaan aslinya.

Berdasarkan tipe kelahiran pada kambing pada umumnya ada dua yaitu kelahiran tunggal dan kelahiran kembar (dua). Data PT. Widodo Makmur Perkasa tahun 2006, menunjukkan bahwa sebanyak 86% tipe kelahiran tunggal dan 14% tipe kelahiran kembar (dua). Tipe kelahiran tunggal di PT. Widodo Makmur Perkasa selain karena bobot badan induk betina yang digunakan lebih kecil juga karena kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan masih rendah. Menurut Sarwono (2008), kambing Kacang merupakan kambing potong yang sangat prolifik sehingga sering melahirkan anak kembar. Kelahiran kembar pada kambing disebabkan karena sifat kambing yaitu dapat terjadi superovulasi sehingga dapat diperoleh anak lebih dari satu. Sedangkan menurut Ted dan Shipley (2005) kambing Boer betina mampu melahirkan anak tiga kali dalam dua tahun dan betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 – 2 anak. Sehingga tidak mengherankan jika Betina persilangan Boer dan Kacang dapat mempunyai tipe kelahiran kembar (dua) meskipun presentasenya masih kecil.

Parameter penampilan reproduksi kambing Boerka yang dikaji adalah nilai service per conception (S/C) dan nilai conception rate (CR). Nilai service per conception (S/C) pada kawin alam adalah 1,1. Sedangkan nilai service per conception (S/C) pada inseminasi buatan adalah 1,2. Nilai S/C yang diperoleh optimal karena menurut Achjadi (2007), S/C normal pada kambing adalah 1,1 sampai 1,3. Makin kecil nilai S/C maka makin tinggi tingkat kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut sehingga semakin jarang dilakukan IB untuk mendapatkan kebuntingan pada persilangan kambing Boer dan Kacang.

Sedangkan nilai conception rate (CR) pada kawin alam 91% dan nilai conception rate pada IB sebesar 80%. Nilai CR tergolong normal karena menurut Achjadi (2007), nilai CR kambing yang normal 50 – 80%. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai CR dengan kawin alam lebih tinggi, sehingga tingkat keberhasilan reproduksi pada betina juga lebih tinggi.

Gangguan Reproduksi yang ditemukan PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung yaitu abortus dan kelahiran prematur. Kejadian abortus yang terjadi disebabkan oleh gangguan dari luar tubuh. Stress karena panas dapat menyebabkan hipotensi fetus, hypoxia, dan asidosis. Menurut Prayogo (2008), suhu yang panas dapat menyebabkan penurunan kadar hormon reproduksi seperti FSH dan LH, selain itu juga dapat menyebabkan penurunan volume darah yang mengalir ke alat reproduksi, sehingga menyebabkan perubahan lingkungan uterus dan menyebabkan nutrisi makanan dan oksigen untuk fetus berkurang dan akhirnya menambah kemungkinan kematian fetus. Sedangkan kelahiran prematur di PT. Widodo Makmur Perkasa jarang terjadi.

Dari studi kasus yang dilakukan dapat diperoleh bahwa manejemen pemeliharaan kambing sudah tergolong baik, tetapi dari segi manejemen pakan dan manejemen kesehatan masih diperlukan perbaikan, munculnya kebuntingan pada persilangan kambing Boer dan Kacang lebih tinggi dengan menggunakan kawin alam dibandingkan dengan inseminasi buatan, dan nilai Service per Conception (S/C) 1,2 dan nilai Conception Rate (CR) 80% pada persilangan kambing Boer dan Kacang yang tergolong normal menunjukkan keberhasilan penggunaan inseminasi buatan. Saran yang dapat diajukan untuk PT. Widodo Makmur Perkasa adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada kambing agar bobot badan yang tinggi dapat diperoleh sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi, perlu ditingkatkan pengetahuan pada aspek reproduksi ternak kambing pada para pekerja agar kualitas dan kuantitas ternak dapat meningkat, dan perlu adanya peran dokter hewan untuk mengontrol kesehatan kambing di PT.Widodo Makmur Perkasa.

Kata Kunci: Boer, Kacang, Boerka, Persilangan

ABSTRACT

This case study aimed as to know about management and the problems that often in the maintenance of the Cross Boer and Kacang Goat’s, pregnancy rate in the natural breeding and artificial insemination of the Cross Boer and Kacang Goat’s, to know the reproductive performance of the Cross Boer and Kacang Goat’s and to know the value of the conception rate (CR) and service per conception (S/C) from the Cross Boer and Kacang Goat’s. this study was carried on November 2007 until July in 2008, based on the method survey descriptive with the primary data collection through the interview from the employee in the PT. Widodo Makmur Perkasa, immediately observation, and the activity data in 2006-2007. The data was analysed qualitatively.

The observation showed that maintenance management of the goat is good and need to improvement in feeding management and health management. Appear of pregnant in the cross Boer and Kacang Goat’s with the natural breeding higher than artificial insemination, and the value of service per conception (S/C) 1,2 and the value of the conception rate (CR) 80% in the cross Boer and Kacang Goat’s included normal showed that the artificial insemination was success.

Keywords : Boer, Kacang, Boerka, Cross.