KEJADIAN MASTITIS SUBKLINIK YANG DISEBABKAN OLEH Staphylococcus sp. DI PETERNAKAN SAPI PERAH WILAYAH CISURUPAN, BAYONGBONG, DAN CIBUNGBULANG
(Incidence of Subclinic Mastitis Caused by Staphylococcus sp. at Dairy Cow Farm in Cisurupan, Bayongbong, and Cibungbulang)
ERONU FIRASTU IFOLALA GEA, FACHRIYAN H. PASARIBU, BOKY JEANNE TUASIKAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kejadian mastitis dan derajat patogenitas Staphylococcus pada peternakan sapi perah di wilayah Cisurupan, Bayongbong, dan Cibungbulang. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 250 sampel susu yang telah diuji CMT dan berasal dari 65 ekor sapi perah di daerah Bogor dan Garut. Penelitian dilakukan dengan metode TPC, dan uji karakterisasi isolat. Uji karakterisasi isolat meliputi penanaman isolat di agar BPA, agar darah, pewarnaan Gram, uji gula-gula (manitol dan glukosa), uji katalase, dan uji koagulase. Berdasarkan hasil uji CMT diketahui prevalensi mastitis subklinis tertinggi berada di wilayah Cibungbulang (100 %), diikuti oleh Cisurupan (94,84 %), dan Bayongbong (93,50 %). Hasil ini sejalan dengan data TPC, dimana nilai TPC tertinggi berada di wilayah Cibungbulang (1.764.613 cfu/ml), diikuti Cisurupan (1.309.490 cfu/ml), dan Bayongbong (1.094.470 cfu/ml). Tingkat patogenitas tertinggi oleh Staphylococcus sp. berada di wilayah Cisurupan (82,22 %), diikuti Cibungbulang (78,84 %), dan Bayongbong (24 %).
Kata kunci: CMT, sapi perah, mastitis, Staphylococcus sp.
ABSTRACT
The research objective was to observe the subclinic mastitis incidence and Staphylococcus sp. pathogenicity at dairy cow farm in Cisurupan, Bayongbong, and Cibungbulang. The 250 CMT positive milk samples was collected from 65 dairy cow in the area of Bogor and Garut. The samples examined through TPC, and characterized by BPA, blood agar, Gram stain, sugar test (mannitol and glucose), catalase test, and coagulase test. Based on the CMT test results, the highest prevalence of subclinical mastitis are Cibungbulang (100 %), followed by Cisurupan (94,84 %), and Bayongbong (93,50 %). The TPC data also showed the result of the highest result in Cibungbulang region (1.764.613 cfu/ml), followed by Cisurupan (1.309.940 cfu/ml), and Bayongbong (1.094.470 cfu/ml). The highest level of Staphylococcus sp. pathogenicity is in the area of Cisurupan (82,22 %), followed by Cibungbulang (78,84 %), and Bayongbong (24 %).
Keywords: CMT, dairy cattle, mastitis, Staphylococcus sp.