Sterilisasi merupakan salah satu cara menjaga kesejahteraan hewan peliharaan. Sterilisasi dapat mengatasi sejumlah hal, salah satunya mengendalikan populasi hewan.
“Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara pengangkatan organ reproduksi, baik pada jantan atau betina, melalui prosedur operasi kecil,” papar Prof. Dr. drh. Gunanti, MS dalam acara podcast di SKHB IPB University (31/1). Acara Educational Veterinary Podcast (EV-Cast) ini rutin digelar dan merupakan EV-Cast Episode ke-22 yang mengambil tema “Sterilisasi pada Hewan” dan dilaksanakan secara live streaming di Youtobe channel SKHB IPB Official.
Prof. Dr. drh. Gunanti, MS, dosen di SKHB yang juga Direktur Rumah Sakit Hewan SKHB IPB University ini menyampaikan bahwa sterilisasi adalah suatu tindakan bedah atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk meniadakan peranakan (organ reproduksi), menghambat kebuntingan yang bisa dilakukan secara permanen atau hanya bersifat sementara.
Sterilisasi pada hewan jantan disebut dengan kastrasi, yaitu pengambilan testis. Pada hewan betina sterilisasi bisa dilakukan melalui tiga cara, yaitu ovariektomi atau pengambilan ovarium tempat produksi sel telur dan hormon, histerektomi atau pengambilan rahim, dan ovariohisterektomi atau pengambilan ovarium sekaligus rahim,” ujar dosen Divisi Bedah dan Radiologi ini.
Lebih lanjut, Prof Gunanti menyampaikan tentang estrus atau birahi pada kucing dan anjing. Estrus atau berahi merupakan kondisi saat hewan betina sudah menunjukkan tanda-tanda ingin kawin. Birahi terjadi saat hormon produksi estrogen sudah tinggi dan merupakan tanda akan terjadi pengeluaran sel telur dari ovarium, atau proses ovulasi. Pada kucing, birahi ditandai dengan suara ribut atau berisik. Pada anjing, hewan betina mengeluarkan hormon feromon yang akan mengundang hewan jantan. Pejantan akan tertarik dan mencari sumber bau dari hormon feromon serta terus mengejar betina untuk melakukan proses perkawinan.
“Syarat minimum untuk melakukan sterilisasi pada hewan ialah harus memastikan hewan tersebut sehat, cukup umur (di atas 6-8 bulan), dan sudah melakukan vaksinasi. Contoh, waktu yang tepat untuk melakukan sterilisasi pada kucing betina ialah umur 6-8 bulan dan kucing jantan umur 8-9 bulan,” jelas Prof Gunanti.
Berbeda dengan kucing, proses sterilisasi kuda umumnya dilakukan saat kuda berumur 4 tahun. Kuda yang telah disterilisasi masih menyimpan sisa sperma selama 30 hari sehingga masih memungkinkan untuk melakukan perkawinan satu kali. Kuda juga masih mempunyai memori untuk kawin yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Hal ini dijelaskan oleh narasumber kedua yang hadir di podcast, yakni Drh. Budhy Jasa Widyananta, M.Si.
Podcast yang dipandu oleh drh Dwi Utari Rahmiati, M.Si sebagai host lebih lanjut menggali informasi terkait manfaat sterilisasi pada hewan. Strerilisasi bermanfaat menjamin kesejahteraan hewan, mencegah berbagai penyakit pada saluran reproduksi, mengurangi agresivitas sehingga mengurangi resiko penularan penyakit akibat gigitan antar hewan, dan kucing jantan akan berhenti menyemprotkan urin sebagai penanda wilayah sehingga menciptakan lingkungan yang bersih.
“Dengan populasi yang terkendali maka probabilitas kontak manusia dengan hewan akan semakin kecil, sehingga resiko penularan penyakit dari hewan ke manusia juga menjadi semakin kecil. Kaitannya tentu dengan penyakit-penyakit zoonosis,” pungkas Prof Gunanti. (ns)